Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengapa Minat Menulis Mahasiswa Fakfak Tak Ada ?

Tulisan ini hanya besifat sebuah pengamatan yang kemudian menjadi sebuah refleksi singkat. Apa dan kenapa, serta mengapa minat menulis nampaknya menurun drastic bahkan berkurang sekali. Kota sudy yang menjadi pengamatan ini adalah di kota study Yogyakarta, karena kebetulan saya masih disini; masih kuliah. Disini banyak mahasiswa Papua secara umum dan hampr seratus lebih mahasiswa asal kabupaten Fakfak.

Tersebar dan kuliah diberbagai universitas yang ada dikota berjuluk kota Gudeg, ada yang tinggal dikos-kosan ada yang juga disekretariat yang dijadikan hunian atau asrama. Tetapi mayoritas tinggal diluar karena kapasitas tampung penghuni tak mencukupi. Rumahnya kecil saja, kamar ada sekitar delapan.
Sebuah keresahan dihati, dan terus menjadi tanda tanya, kenapa minat menulis mahasiswa Fakfak tidak ada. Apakah karena kurang referensi ataukah memang menulis itu terlalu sulit? Saya pikir tidak demikian. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas dunia maya dimana, banyak mahasiswa Fakfak yang hampir semua aktivitasnya diupdate terus di facebook, instagram dan berbagai social media yang ada.
Itu artinya ada niatan dan juga bisa untuk menulis hanya saja menulis harus terus diasah, bukan hanya sekali doang. Mungkin juga tergantung tujuan dari menulis itu untuk apa? Bagi saya yang terpenting adalah bagaimana kita melihat latar asal kita. Bila berasal dari kampung yang jauh dan merasa saya satu-satunya utusan kampung, sudah sepantasnya saya belajar segala hal; bukan hanya mengejar gelar S1 tetapi mengisi dengan berbagai ilmu lainnya sehingga ketika kembali ke daerah dapat dipergunakan nantinya.

Sebagai mahasiswa yang berstudy diluar kabupaten sudah semestinya mampu menuliskan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Ide-ide terkait situasi terkini yang terjadi didaerah maupun yang terjadi diluar dari daerah. Intinya menulis dan menulis segala hal yang dirasa bermanfaat. Menulis juga bukan sebatas menulis karena harus dibarengi dengan banyak membaca, banyak berdiskusi. Interaksi social dengan lingkungan, baik kampus maupun lingkungan sekitar. So akan menambah daya semangat menulis.

Suatu kelak kita akan kembali dari kota study ini dan pulang ke kampung halaman masing-masing. Kita harus mampu menceritakan situasi kampung yang ada jika memang melihat ada ketidak adilan dan ketimpangan yang terjadi.

Kita tidak hanya mampu berucap (berkata-kata) tetapi tak mampu dalam merangkai kata-kata. Ide kita tentang pembangunan kampung mungkin bagus tetapi bila tak mampu dijabarkan dalam tulisan maka sama saja dengan omong besar tapi pelaksanaan nol.

Saatnya kita juga mulai bercermin, melihat kekurangan-kekurangan kita untuk diperbaiki. Belum terlambat untuk memulai, masih ada waktu untuk terus mengasah. Menambah pengetahuan yang belum sempat diambil sebelum selesai masa kuliah. Perubahan tanah air, perubahan negeri ada pada generasi saat ini. Buktikan kalau kita bisa.

Salam Perubahan

Gabhex | Bisa Papua